SAMARINDA – Anjloknya harga batu bara serta menurunnya permintaan dari dua negara pengimpor utama, yakni India dan China, membuat perekonomian Kaltim berada di situasi yang tidak menguntungkan.
Kondisi ini kian berat setelah pemerintah pusat memangkas alokasi Transfer ke Daerah (TKD) hingga 73 persen, yang berdampak pada melemahnya kapasitas fiskal daerah.
Melihat perkembangan tersebut, Anggota Komisi II DPRD Kaltim, Firnadi Ikhsan, meminta Pemprov Kaltim segera mengalihkan fokus pembangunan ekonomi agar tidak lagi terlalu bergantung pada sektor pertambangan. Ia menilai saat ini merupakan momentum penting untuk menata ulang arah perekonomian daerah.
Menurut Firnadi, ketergantungan panjang terhadap komoditas batu bara menjadikan Kaltim rentan ketika terjadi perubahan harga global. Padahal, daerah memiliki banyak potensi lain yang dapat menjadi sumber pendapatan baru.
“Selama ini batu bara memang menjadi penopang utama. Tapi Kaltim punya kekuatan lain yang sebenarnya bisa dikembangkan lebih jauh,” ujarnya.
Firnadi menyebut dua sektor yang layak menjadi prioritas, yaitu perkebunan dan perikanan. Ia menegaskan bahwa hasil perikanan Kaltim sangat berlimpah, bahkan telah mencapai swasembada. Jika diperkuat dengan strategi ekspor yang terarah, sektor tersebut memiliki peluang untuk berkontribusi signifikan terhadap PAD.
“Kalau sebelumnya kita terlalu bertumpu pada tambang, kini saatnya perikanan dan perkebunan diberdayakan secara maksimal,” tegasnya.
Meski demikian, ia mengingatkan bahwa pergeseran struktur ekonomi tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba. Pendapatan dari sektor baru tentu tidak langsung dapat menutup besarnya pemasukan dari batu bara.
“Kita harus mencari sektor pengganti yang mampu tahan lama dan secara bertahap mengurangi dampak penurunan pendapatan tambang,” katanya.
Firnadi juga menyoroti pemotongan TKD yang semakin mempersempit ruang gerak pembangunan daerah. Ia menilai pemangkasan tersebut harus segera disikapi dengan langkah mitigasi yang matang.
“Pengurangan TKD jelas memberi tekanan besar terhadap program pembangunan. Ini perlu kita antisipasi bersama,” tambahnya.
Sebagai langkah konkret, Firnadi mendorong pemerintah daerah memperkuat peran Perusahaan Daerah (Perseroda) sebagai motor penggerak ekonomi alternatif di luar pertambangan. Menurutnya, Perseroda perlu diberi kewenangan yang lebih kuat untuk menggarap sektor potensial.
“Perseroda harus menjadi garda depan dalam menggali potensi ekonomi baru,” lanjutnya.
Ia berharap strategi diversifikasi ekonomi ini mampu menciptakan fondasi pertumbuhan yang lebih tahan krisis dan membantu Kaltim keluar dari ketergantungan jangka panjang pada batu bara.
“Dengan diversifikasi yang terencana, ketergantungan pada tambang bisa kita kurangi secara bertahap,” tandasnya.









Leave a Reply